Takut, ingin menggenggam abu, dari kertas memori yang terbakar amarah. Marah-marah, mu pada ku, atas usia yang berjalan dengan tik tok waktu yang terlalu cepat, atas retakan pada darah yang kau bawa, atas coreng moreng kanvas hati putihmu, atas kecilnya duniamu yang hampir semua tlah kau jajaki.
Entah apa yang tersisa, dari semua kecup sayang rindu, yang kusematkan bahkan pada udara yang kau lewati. Masih ada mimpi, dari harap yang dikuota begitu saja, dipotong di bagian klimaks, aku dengan langkah tergantung.
Kejemuan, ketakutan akan spasi diri, akan ikat mati adalah milikmu. Aku punya alibi, dan rasa serta janji sebagai pembela. Mana kesempatan untuk bicaraku? Pengadilan macam apa ini?!
Entah apa yang tersisa, dari semua kecup sayang rindu, yang kusematkan bahkan pada udara yang kau lewati. Masih ada mimpi, dari harap yang dikuota begitu saja, dipotong di bagian klimaks, aku dengan langkah tergantung.
Kejemuan, ketakutan akan spasi diri, akan ikat mati adalah milikmu. Aku punya alibi, dan rasa serta janji sebagai pembela. Mana kesempatan untuk bicaraku? Pengadilan macam apa ini?!
No comments:
Post a Comment